Penggalan Arsitektur Eropa di Tanah Pertiwi

Tahun 1619 Jan Pieterszoon Coen dan VOC berhasil menaklukan Jayakarta yang menandakan dimulailah masa kolonial. Beriringan dengan itu, Jayakarta seolah lenyap dan terlahir kembali menjadi Batavia. Batavia adalah nama yang berasal dari kata Batavieren yang diyakini sebagai leluhur Bangsa Belanda. Semakin hari, Batavia yang kian mentereng membuatnya layak disebut Koningin van het Oosten atau Ratu dari Timur.
Diatas puing-puing reruntuhan Jayakarta, para kolonial membangun sebuah kota baru. Hal ini lah yang menjadi genderang pertanda masuknya arsitektur ala Eropa di Indonesia. Banyak sekali bangunan berasitektur ala Eropa, salah satunya adalah SMK Negeri 1 Jakarta


Gedung SMK 1 mempunyai cita rasa arsitektur ala Eropa. Hampir keseluruhan berwarna broken white (putih gading) dengan sedikit aksen abu-abu dan hitam. Jendela dan pintu yang besar dan pilar tinggi ala Yunani. Arsitektur jenis ini adalah arsitektur campuran antara gaya arsitektur the Empire Style, Indische Architecture dan gaya Yunani.

Gaya arsitektur the Empire Style pada bangunan mempunyai karakter yang berkesan grandeur (megah), penggunaan deretan kolom doric pada fasad, jendela-jendela besar dengan ornamen segitiga diatasnya, entablature dan lainya. Dan dengan gaya arsitektur Indische Architecture, karakter arsitektur ini dapat dilihat seperti : Denah simetris dengan satu lantai, terbuka. Pilar menjulang ke atas (gaya Yunani) dan terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan belakang dan menggunakan atap perisai.

A.  Mengenai SMK Negeri 1 Jakarta.

SMK 1 adalah salah satu saksi bisu nan pilu atas ketidak adilanya pendidikan bagi kaum pribumi. SMK 1 adalah salah satu sekolah teknik tertua di Indonesia. Awalnya SMK 1 bernama Koningen Wilhelmina School (KWS). Nama Wilhelmina sendiri diambil dari nama Ratu Belanda. KWS dibangun pada th 1906, Pada masa itu hanya ada empat sekolah tehnik (menengah) di Indonesia. Sekolah teknik ini hanya diperuntukan untuk siswa berdarah Belanda dan hanya warga pribumi yang terpilih saja. Tujuan kolonial mendirikan sekolah ini mempersiapkan teknisi dalam rangka membangun negara Hindia Belanda. 

Selain menjadi saksi pilu bagi Indonesia, KWS juga pernah menjadi sekolah pencetus Sumpah Pemuda 1928. Kemudian pada tanggal 10 September 1945 di gedung sekolah ini berdiri Badan Keamanan Rakyat Bagian Laut yang merupakan cikal bakal TNI Angkatan Laut. Gedung ini juga pernah dipergunakan untuk Palang Merah Indonesia, guna untuk membantu para pejuang Republik Indonesia. Dan pada masa penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, gedung ini juga dipergunakan untuk Markas besar Asian Games IV.  Pada tanggal 10 September 1978 oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bapak Letjend. Tjokopranolo gedung ini diresmikan sebagai gedung perjuangan yang ditandai dengan penandatanganan Parasti. 

Konon, banyak lulusan KWS yang berhasil pada masa itu. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan kekuasaan pemerintah diambil alih oleh putra bangsa Indonesia, maka pada tahun 1946 Koning Klike Wilhelma School (KWS) dirubah namanya menjadi Sekolah Teknik Menengah (STM). Kemudian berubah nama lagi menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

B.   Dampak Arsitektur Ala Eropa Terhadap Pembangunan di Indonesia

Arsitektur ala Eropa semakin berkembang di Indonesia, namun dengan gaya yang lebih modern lagi dibandingkan dengan gedung peninggalan sejarah. Contohnya seperti arsitektur bergaya minimalis yang sedang menjadi trend saat sekarang. Dampak masuknya arsitektur asing ke Indonesia adalah

Dampak  Positif :
1.    Masuknya arsitektur asing ke Indonesia seakan memberi warna baru pada pembangunan. Arsitektur di indonesia kian kemari semakin modern dan berkembang.
2.    Dengan masuknya arsitektur ala Eropa, bisa dijadikan referensi dan pengetahuan bagi para arsitek Indonesia. Sehingga dapat memajukan pembangunan di Indonesia.
3.    Dengan arsitektur seperti ini, membuat bangunan menjadi sesuai terhadap iklim tropis basah seperti pemilihan bentuk ventilasi yang lebar dan tinggi, sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari.
4.    Arsitektur Eropa seperti ini terbukti membuat gedung bangunan yang kokoh dan tidak tertelan zaman
5.    Dengan adanya beberapa gedung peninggalan yang berasitektur eropa ini, menjadikanya sebagai bukti otentik mengenai kolonialisme di Indonesia dan perjuangan bangsa ini.
6.    Gedung peninggalan berasitektur Eropa ini, bisa menjadi cagar budaya atau tempat wisata
7.    Arsitektur peninggalan yang masih kokoh dapat dimanfaatkan lagi

Dampak Negatif
1.    Arsitektur Indonesia yang semakin hari kian bergaya modern dan minimalis, membuat arsitektur klasik khas Indonesia (dengan ciri khas bangunan candi) jadi ditinggalkan bahkan dianggap aneh karena dinilai terlalu kolot
2.    Semakin sedikit rumah adat yang ada, padahal setiap daerah di Indonesia mempunyai rumah adat. Hal ini tidak baik, mau bagaimanapun kita harus melestarikan kebadayaan agar tidak tergerus oleh arus mederenisasi
3.    Arsitektur klasik Indonesia sangat kaya akan filosofinya. Jika arsitektur ini ditinggalkan, akan membuat bangunan terasa hambar (tidak berfilosofi).

Komentar